Biografi Imam Ibnu Malik – Siapa saja yang mendalami ilmu Nahwu pastilah mengetahui kitab Alfiyah Ibnu Malik yang ditulis oleh ulama yang bernama Ibnu Malik. Namun ternyata dari sekian banyak penuntut ilmu yang mengetahui bahkan mempelajari kitab Alfiyah Ibnu Malik. Sangat sedikit diantara mereka yang mengetahui siapa sebenarnya penulis kitab tersebut.
Nah pada artikel kali ini kami akan menurunkan sekelumit biografi ringkas penulis kitab Alfiyah Ibnu Malik tersebut. Semoga dapat menambah wawasan kita semua.
Siapa Imam Ibnu Malik?
Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Malik ath-Tha’iy al-Jayyaaniy atau lebih dikenal dengan Ibnu Malik lahir di Jaén, Al-Andalus, pada tahun 600 H. Wafat pada tahun 672 H atau 22 Februari 1274 di Damaskus, Syam. Beliau adalah seorang ulama di bidang Bahasa Arab dan Nahwu yang sangat masyhur di abad ke-7 H. Beliau memiliki banyak karya tulis dan paling terkenal adalah Alfiyah Ibnu Malik.
Imam Ibnu Malik pertama kali menuntut ilmu dengan ulama yang berada di Andalusia, seperti Abu Ali asy-Syalwabain. Kemudian ia pergi ke timur dan sempat tinggal di Aleppo untuk menuntut ilmu dengan Ibnu al-Hajib dan Ibnu Ya`isy.
Ia merupakan salah satu Imam dalam bidang Nahwu dan Bahasa Arab, juga di bidang syair Arab, Qira’at al-Qur’an, dan Hadits. Tidak hanya itu, ia juga sering membuat berbagai syair dan yang paling terkenal adalah Alfiyah Ibnu Malik dan Al-Kafiyah asy-Syafiyah yang terdiri dari 3000 bait.
Nasab Imam Ibnu Malik
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Abdullah bin Maalik Ath-Thaa-iy Al-Jayyaaniy nisbat kepada kabilah arab ariqah yaitu kabilah Thay’ (طيء)
Kembali kepada Thay’ bin Udah bin Zayd bin Yasyjib bin ‘Ariib bin Zayd bin Kahlaan bin Saba’ bin Yasyjib bin Ya’rib bin Qahthaan.
Kunyah dan Gelar
Para ahli bersepakat bahwa kun-yah beliau adalah Abu ‘Abdillah sebagaimana mereka juga bersepakat untuk menggelari beliau dengan Jamaaluddin (keindahan agama).
Gelar tersebut terkadang diringkas menjadi “Al-Jamaal Ibnu Maalik”, beliau juga memiliki laqab / gelar yang lainnya yaitu “Jalal A’laa” (جلا الأعلى). Laqab yang terakhir ini diberikan oleh Ibnu Thulun, yaitu seorang pendiri Dinasti Thuluniyah.
Tempat Kelahiran dan Masa Kecil
Biografi Imam Ibnu Malik yaitu di lahirkan di sebuah kota yang bernama Jayyaan Al-Hariir. Salah satu kota besar dan terkenal di negeri Andalus (sekarang: Spanyol), bukan kota yang berada di negeri Damaskus seperti yang di klaim banyak orang. Beliau dilahirkan pada tahun 600 H / 1203 M.
Saat beliau dilahirkan negeri Andalus sedang dalam kondisi terpuruk dan saat itu berada dibawah jajahan kerajaan Kristen yaitu kerajaan Kastila (Kastilia). Pada saat itu dikenal dengan sebutan Reino de Castilla (Bahasa Spanyol).
Ketika Andalusia berhasil ditaklukan oleh kerajaan Kastilia maka beliau bersama orang-orang Andalusia yang lain berhijrah ke Damaskus.
Imam Syihabuddin Ahmad bin Muhammad Al-Muqri At-Tilmisani menyebutkan dalam kitab beliau; Fathut Thiib min Ghushnil Andalus Ar-Rathiib bahwa Imam Ibnu Malik rahimahullah sebelum berhijrah ke bumi Syam sempat belajar ilmu bahasa Arab & Qira’at dengan beberapa orang ulama Andalusia saat itu. Diantaranya adalah Tsabit bin Khiyar dan Ahmad bin Nawwar rahimahumallah, mereka berdua merupakan ulama Andalusia yang paling masyhur dizamannya.
Imam Ibnu Malik Hijrah ke Syam
Imam Ibnu Malik rahimahullah hijrah ke Syam saat pemerintahan Andalusia telah jatuh dan dikuasai sepenuhnya oleh kaum kristiani. Kota Jayyaan yang merupakan kota kelahiran Imam Ibnu Malik adalah kota yang paling strategis dan merupakan kota yang dijadikan sebagai benar-benar telah sempurna ditaklukkan oleh kerajaan Kastilia. Mereka telah menguasai seluruh persenjataan di kota tersebut.
Sebelumnya juga sempat terjadi pengepungan kota tersebut oleh para prajurit Kastilia, tepatnya di tahun 627 H. Namun saat itu kota ini masih dapat bertahan dari pengepungan dan pasukan Kastilia tidak mampu untuk menaklukkannya.
Biografi Imam Ibnu Malik berhijrah ke negeri Syam setelah pengepungan ini selesai. Disanalah beliau merampungkan pembelajaran fiqh madzhab Syafi’i dan beliau menjasi seorang Syafi’iyyah. Disana pula beliau mendalami ilmu Nahwu dan Qira’at bersama Syaikhul Iqra’ pada zamannya yaitu Al-Imam As-Sakhawi rahimahullah. Beliau juga belajar kepada ulama lainnya diantaranya Mukarram bin Muhammad Al-Qurasyi dan Al-Hasan bin As-Shabaah rahimahumallah.
Imam Ibnu Malik rahimahullah melanjutkan kembali perjalanan menuntut ilmunya ke negeri Halab dan bermajelis dengan para ulama kibar disana. Disana beliau sempat bermulazamah dengan Imam Muwaffaquddin bin Ya’iisy rahimahullah yang merupakan salah satu imam ahli Nahwu di zaman tersebut.
Di Halab beliau benar-benar serius dalam belajar hingga menjadi seorang yang sangat alim dalam ilmu qiro’ah dan juga Nahwu. Setelah beliau menguasai ilmu qiro’ah berserta ilal-ilalnya dan juga menjadi seorang yang mutabahhir dalam ilmu bahasa Arab, beliau membuka majelis ilmu di Halab dan dihadiri oleh banyak para penuntut ilmu dari berbagai penjuru negeri.
Dikatakan bahwa tidak ada seorangpun yang mampu menandingi keilmuan beliau di Halab dalam penguasaan Nahwu dan Sharaf pada saat itu. Beliau juga hafal berbagai sya’ir Arab yang selalu dijadikan syahiid (rujukan) dalam pembelajaran ilmu bahasa Arab dan Nahwu.
Kemudian beliau melanjutkan kembali rihlah-nya ke kota Hamaah dan tinggal beberapa lama disana. Beliau membuka majelis ilmu Bahasa Arab dan Qiro’ah disana dan disana pula beliau menulis kitab Alfiyah-nya.
Tidak berselang lama beliau tinggalkan kota Hamaah dan hijrah kembali ke Kairo, Mesir dan kembali melanjutkan menuntut ilmu dengan para ulama disana. Kemudian beliau kembali lagi ke Damaskus lalu membuka majelis ilmu di Masjid Jami’ Al-Umawi.
Beliau juga ditunjuk menjadi seorang imam di Madrasah Al-‘Adiliyyah Al-Kubra. Kesibukan beliau saat itu adalah belajar, mengajar, dan menulis. Hal itu terus berlangsung hingga beliau wafat.
Murid-Murid Imam Ibnu Malik
Imam Ibnu Malik rahimahullah telah menempati kedudukan tinggi pada zamannya dan telah mencapai puncaknya ilmu Nahwu dan Iqra hingga memiliki madrasah ilmiyyah yang telah menelurkan para alim yang sangat kokoh keimuannya dalam Nahwu dan Bahasa Arab, diantara muridnya yang paling terkenal adalah;
- Anaknya sendiri yaitu Muhammad Badruddin, yang kemudian beliau menjadi salah satu pensyarah Alfiyah yang ditulis oleh ayahnya.
- Badruddin bin Jama`ah, yang kemudian menjadi seorang Qadhi di Mesir
- Abu al-Hasan al-Yunaini, seorang muhaddits yang ma’ruf.
- Ibnu an-Nuhas, seorang ulama besar nahwu
- Abu ats-Tsana Mahmud al-Halabi, penulis Al-Insyaa’ di Mesir dan Damaskus.
Karya-Karya Imam Ibnu Malik
Ibn Malik sangat produktif dalam berkarya, beliau dianugrahi kemampuan dan bakat yang luar biasa dalam menulis. Beliau banyak menulis dalam bidang nahwu, bahasa arab, ilmu ‘arudh, qiro’ah dan hadits.
Kemampuan menulisnya tidak hanya dalam bentuk prosa (natsr), tetapi juga dalam bentuk syair (nazham) sebagaimana didapati dalam beberapa karyanya. Karya ilmiyah beliau yang paling dikenal adalah Al-Kafiyah asy-Syafiyah, berupa syair rajaz yang secara panjang lebar membahas tentang nahwu dan sharf.
Karya lainnya adalah Tashil al-Fawaid wa Takmil al-Maqashid yang secara ringkas membahas tentang kaidah-kaidah nahwu dan banyak para ahli bahasa memberikan penjelasan (syarh) dari buku ini. Berikut ini adalah beberapa karya ilmiyah Ibnu Malik rahimahullah;
- Al-Kafiyah asy-Syafiyah, dalam bidang kaidah sharaf
- Tashil al-Fawaid wa Takmil al-Maqashid, dalam bidang kaidah nahwu
- Ijaz at-Tashrif fi `ilmi at-Tashrif
- Tuhfatu al-Maudud fi al-Maqshur wa al-Mamdud
- Lamiyatu al-Af`al
- Al-I`tidhad fi adh-dha’ wa azh-zha’
- Syawahid at-Taudhih limusykilat al-Jami` ash-Shahih, merupakan syarah secara nahwu dari 100 hadits yang ada di Shahih Bukhari
Kedudukan dan Akhlak Imam Ibnu Malik
Ibn Malik adalah seorang alim yang bijaksana, berakhlak mulia, berperilaku sopan, tabah, memiliki kesungguhan dan rasa malu, jujur untuk mendapatkan manfaat, tekun dalam membaca.
Beliau adalah seorang yang banyak sekali membaca, cepat mengulas (muraja’ah), dan beliau tidaklah menulis apa pun dari hafalannya sampai beliau memeriksanya pada sumbernya, dan seperti inilah keadaan para masyaikh yang tsiqah dan tsabat, Tidaklah beliau terlihat kecuali dalam keadaan shalat, membaca Al-Qur’an, menulis, atau membacakan pelajaran.
Ibnu Malik adalah seorang imam dalam ilmu qiro’ah beserta ‘ilal-nya. Adapun dalam bidang bahasa, maka beliau adalah puncaknya dalam urusan menukil bagian peliknya dan dalam urusan kekuatannya dalam mencari sumber informasi.
Dalam bidang nahwu dan sharf maka beliau ibarat lautan tak bertepi dan tinta yang tidak tertandingi. Adapun dalam urusan sya’ir-sya’ir arab yang dengannya para pakar berdalil untuk menunjang suatu pendapat dalam ilmu nahwu dan linguistik, maka para imam dunia benar-benar dibuat berdecak kagum dan heran akan kepiawaian beliau dalam berdalil dengannya. Adapun dalam bidang hadits beliau telah mencapai puncaknya.
Beliau termasuk ulama yang selalu mendahulukan ayat-ayat Al-Qur’an dalam berdalil, jika tidak ada dalam Al-Qur’an satu ayatpun yang dapat digunakan sebagai dalil untuk suatu pendapat maka beliau beralih kepada hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, jika beliau tak mendapatkannya dalam hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam maka barulah beliau beralih kepada sya’ir-sya’ir Arab.
Kesimpulannya bahwa Ibnu Malik rahimahullah merupakan core of the core-nya ilmu nahwu dan linguistik pada masanya.
Wafatnya Imam Ibnu Malik
Biografi Imam Ibnu Malik adalah seorang imam yang zuhud dan shalih, bersemangat dalam menuntut ilmu dan menghafalnya, sampai-sampai pada hari kematiannya beliau sedang menghafal delapan bait sya’ir. Beliau dikenal sebagai orang yang sangat kuat dalam membaca, cepat dalam muraja’ah, beliau tidak menulis apapun dari hafalannya sebelum memeriksanya di sumber aslinya.
Tidaklah beliau terlihat melainkan ketika itu beliau sedang sholat atau membacakan Al-Qur’an kepada murid-muridnya, menulis atau melafalkan Al-Qur’an. Beliau tetap dalam keadaan ini sampai beliau meninggal dunia pada (Senin 12 Syaban 672 H – 21 Februari 1274 M) di Damaskus.
Jenazah beliau dishalatkan di Masjid Umayyah, lalu dimakamkan di kaki Gunung Qassioun, dan makamnya terletak di Rawdhah sebelah Timur makam Syaikh Muwaffaquddiin Ibn Qudamah rahimahullah, dan ada tanda berupa batu merah di bagian kepala makamnya.
Semoga Allah merahmati Imam Ibnu Malik, melapangkan kuburnya, mengampuni dosa dan kesalahannya serta menempatkannya di surga teringgi. Amiin ya mujiibas saa-iliin.
Demikian artikel mengenai penjelasan biografi imam ibnu malik dan berbagai sejarah lainnya.
_____
Selesai ditulis dini hari yang hening, Rabu, 19 Mei 2021, pukul 01.13 WIB – Perum Graha Prima, Tambun.
Akhukum Al-Faqiir
Heri Suheri
Referensi: